Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

JAMAN KEKHALIFAHAN

0 komentar

JAMAN KEKHALIFAHAN

 Pengganti fungsi Nabi setelah wafat sebagai : Pemimpin Agama Islam , Kepala Negara, Pemimpin Pemerintahan, Perencana perekonomian, dan Panglima Perang disebut Khalifah. Yang keseluruhanya terdapat orang Khalifah, yaitu :
1. Khalifah Abu Bakar, 632 - 634 M
2. Khalifah Umar, 634 – 644 M
3. Khalifah Utsman, 644 – 656 M
4. Khalifah Ali, 656 -661 M

KhalifahAbu Bakar

 Beliau mendapat sebutan abu bakar as – Siddik, yang artinya orang yang jujur. Abu bakar juga disebut Amirul- Mu’minin, artinya panglima dari orang-orang yang percaya atau sisebut juga Imam, berarti Pemuka.
Berdasar kan ajaran Islam bahwa dunia ini terdiri dari : Dar- Al Islam = Daerah yang penduduknya sudah memeluk Islam, dan Dar Al Harb = Daerah perang yang selekas mungkin harus ditahlukkan dan harus memeluk islam.
Jasa-jasa khalifah Abu Bakar :632 – 634 M
 Dalam bidang kedunuawian :
1. Menaklukkan kembali suku bangsa Arab-Badui yang telah berpaling dari islam setelah nabi wafat. Dengan penaklukan itu, Negara islam yang didirikan oleh nabi trhindar dari keruntuhan.
2. Peletak dasar politik perluasan daerah Islam, yang kemudian dilanjutkan oleh khalif-khalif sesudah Abu Bakar.

Dalam bidang Agama :

1. Membasmi para Nabi Palsu, seperti : Mussaillama dan Tulaiha yang ingin mendirikan negara islam, dan merupakan bahaya besar bagi orang –orang islam. Dengan pembasmian itu maka agama islam terhindar dari perpecahan.
2. Atas perintah Abu Bakar untuk pertama kalinya dimulai pengumpulan ayat-ayat suci Al-qur’an unntuk dijadikan sebuah buku/kitab.
Pada tahun 634 Abu Bakar jatuh Sakit, tetapi sebelum meninggal dunia beliau menunjuk umar, orang “kuat” sebagai penggantinya.

Khalifah Umar : 634 -644 M

 Dibawah kekuasaan Khalif Umar kekuasaan islam selalu berkembang, beliau berhasil menalukkan syria dan sebagian Persia. Atas perintah beliau didirikan kota Fustat (Cairo). Sesudah 10 tahun khalifah Umar memegang pimpinan, pada tahun 644 dimasjid Medinah ia ditikam oleh seorang budak yang berasal dari persia bernama : Rahman Abu Auf. Sebelum meninggal beliau membentuk panitia pemilih khalifah baru yang diantaranya Ali dan Utsman.



Khalifah Utsman : 644- 656 M

 Dalam waktu 3 hari maka maka diantara 7 orang telah berhasil memilih Utsman sebagai Khalif. Beliau seorang yang saleh dari keluarga kaya keturunan bani Umayah. Tidak lama kenudian banyak orang yang tidak senang dengan kepemimpinanya, akibat fitnah. Utsman dituduh mementingkan Anggota keluarganya dalam kedudukan pemerintahanya yang ahirnya timbul pemberontakan dimana-mana, antara lain Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Abu Bakar.
 Sementara itu Utsman mengumpulkan wali-walinya antara lain gubernur Syria yaitu Mu’awiyah ibnu Abu Sufyan. Tetapi ahirnya kaum pemberontak berhasil masuk ke Madinah dan membunuh Utsman yang sedang membaca Al-Qur’an, yakni pada tgl 17 juni 656 M, sehingga Qur’an yang sedang dibaca kena darah.

Khalifah Ali : 656 – 661 M

 Didalam kekacacauan ketika Utsman terbunuh itu, Ali menantu Nabi muhammad berhasil membinasakan pemberontak-pemberontak dan kemudian diangkatlah ia sebagai Khalifah. Karena ragu-ragu untuk diam dinegri arab yang selalu bergolak, ia memindahkan kekhalifahan ke Kufa (Irak).
Sebagian diantara mereka menyetujui Ali sebagai khalif, sedang lainya memilih Mu’awiyah Ibnu Sufyan, yakni seorang keluarga dari utsman yang sedang menjabat gubernur di Syria untuk menjadi khalif.Dari sejak itu timbullah perang saudara diantara orang-orang Islam.Sehingga berakibat terbunuhnya khalifah ali oleh pengikutnya sendiri yang bernama Mu’awiyah Ibnu Muldjam ketika sedang bersembahyang subuh di masjid Jami’ di Irak.

 Empat orang khalifah pertama yaitu :Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali disebut : Al- Chulafaar-Rasyidun, yaitu khalif-khalif yang melalui jalan yang benar dan segala tindakanya selalu berunding dengan sahabat-sahabat nabi yang terkemuka. Mereka merupakan tauladan untuk waktu-waktu kemudian.
Setelah Al- Chulafaar-Rasidin berahir pengganti kekhalifahan adalah:
 -Khalifah Keluarga Umaiyah : 661 -750 M
 -Khalifah Keluarga Abbasiyah : 750 – 1258 M
 -Khalifah Cordoba :929 – 1031 M

Jaman keemasan kolifah Abbasiyah terjadi pada pmrthnHarun Al Rasyid : 786 – 809.
Berbagai kitab jaman kuno dari bahasa-bahasa Persi, Ibrani dan khususnya Yunani disalin dalam bahasa Arab dan tersebar di seluruh wilayah negara yang sangat luas.
 Pada jaman ini lahir sastrawan-sastrawan terkenal, filosof-filosof termashur dan ahli-ahli seni budaya, seperti : Ibnu Sina yang oleh orang Eropa disebut Avicena, Ia ahli dalam ilmu kedokteran, Ibnu Roshid seorang filosof dan ahli ilmu agama, al Kindi seorang sejarahwan Islam dan Omar Khayam seorang pujangga termashur.

1. Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, yang didunuia barat lebih dikenal dengan sebutan Avicenna, banyak mempelajari filsafat buah karaya aristoteles. Seabagai seorang tabib avecenna membuat sebuah Ensiklopedia ketabiban yang diberi judul Materia Medica, memuat lebih kurang 760 macam resep obat-obatan yang selanjutnya dijadikan dasar Ilmu ketabiban di Eropa dalam waktu yang cukup lama.
2. Al Kindi, adalah seorang yang banyak menulis tentang berbagai ilmu pengetahuan terutama ajaran-ajaran Plato.
3. Ibnu Rasyid, adalah seorang penerus filsafat Aristoteles. Ia berusaha mengembalikan ajaran Aristoteles yang lebih murni, lebih berdasar ilmu pengetahuan
dan lebih rasional. Berdasarkan hasil karya kedua tokoh inilah ajaran Aristoteles kemudian dipelajarai di Universitas dan Perancis.

Ahli di Bidang Seni Sastera Islam

 Dunia Islam tidak kekurangan ahli syair yang kenamaan di seluruh dunia. Dari antara mereka dapatlah dikemukakan nama-nama sebagai berikut :
1. Maulana Jalal Al-Din Rumi ( 1207 – 1273 ), seorang ahli tasawuf dan penyair Islam, yang dapat dibaca dalam bukunya yang bernama “Masnawi”.
Dewasa ini tiap-tiap Muslim yang hidup dalam semangat Islam tentu mengetahui cerita-cerita yang tertera dalam “ Masnawi” itu. Misalnya ceritera
“Umar dan Duta Besar Romawi” Sajak-sajaknya bertujuan untuk meniggalkan kesusilaan umat manusia dan memberi kepuasan batin kepada orang-orang yang membacanya, sehingga buku “Masnawi” itu tersebar keseluruh dunia lewat terjeamahan kedalam berpuluh-puluh bahasa asing. “Masnawi” itu adalah seakan-akan sebuah lautan yang luas sekali, yang memberikan jawaban kepada setiap orang, siapa saja, dari berbagai kecakapan. Pandangan-pandangannya melukiskan anggapan-anggapan dari setiap suku bangsa. Jiwanya adalah bebas, benci kepada ikatan-ikatan, cintanya kepada Kebenaran (Tuhan) memberi bimbingan kepada setiap orang.

2. Muhammad Iqbal ( 1873- 1938 ), penyair Islam dari Pakistan. Bukunya yang termashur ialah Djawed Nama, yang ditulisnya karena terpengaruh oleh
Bukunya Rumi , Masnawi tersebut. Dalam Djawed Nama Iqbal “Menjelajah” langit bersama-sama dengan “Rumi” dan bercakap-cakap dengan
Para arwah dari orang-orang suci yang telah meninggal dunia. Dengan demikian berkat bantuan Rumi, mengertilah Iqbal akan rahasia ciptaan Tuhan.
Sajak-sajak Iqbal dalam bukunya itu penuh mengandung tamsil dan makna yang hendak membangkitkan dunia timur dari gelap ke arah terang bendarang.

3. Firdausi (920-1020), penyair Persi yang terbesar. Dalam buku karangannya yang bernama Shah Nameh, ( Buku Raja-raja) terdiri dari 60.000 sajak,
Beliau melukiskan patriotisme dan kejayaan bangsa Persi, walaupun ditindas dan hampir dihancurkan oleh tentara Arab yang menyerbu ke negeri itu.
Demikianlah Shah Nameh itu tidak saja merupakan suatu epic yang sempurna bentuk sajaknya, tetapi juga merupakan suatu lambang patriotisme bangsa Persi dan lambang kebencian bangsa Persi terhadap penjajahan orang asing atas negerinya.

4. Omar Khayyan (meninggal dunia 1124), seorang ahli filosof bangsa Persi yang menuliskan filsafatnya itu dalam bentuk-bentuk quatrain. Bukunya yang
Bernama Rubaiyat, penuh dengan sajak-sajak yang indah. Etika (kesusilaan) yang diajarkanya didasarkan pada doktrin cinta kepada Tuhan. Beliau menganggap cinta kepada Tuhan itu sebagai nilai tertinggi dari semua nilai-nilai kehidupan, bahkan cinta kepada Tuhan itu adalah prinsip ari segala tindakan manusia. Hanya itu sajalah yang menentukan nilai moral dari hidup kita.
 Sudah barang tentu banyak lagi ahli syair yang kenamaan dari dunia Islam, tetapi cukuplah beberapa saja dikemukakan disini. Kebesaran-kebesaran mereka terbukti dari kedudukan-kedudukan yang diberikan kepada mereka, misalnya Etika Omar Khayyan adalah sejajar dengan etika dari
Kant dan Imam Al-Ghazali.

AJARAN AGAMA ISLAM

0 komentar

AJARAN AGAMA ISLAM

 Agama islam mengajarakan hal shahadad, dalam hal ini setiap oarang muslim harus mengucapkan sahadad : “ Saya bersaksi tidak ada tuhan melainkan Alloh dan Muhammad adalah pesuruhnya”.
Adapun rukun (soko guru) agama islam ialah :
1. Mengucapkan kalimat syahadad yang menyatakan bahwa tuhan adalah Alloh dan Muhammad utusan Alloh.
2. Menjalankan Ibadah Puasadi bulan Ramadhan
3. Melakukan sholat lima kali sehari semalam. .
4. Melaksanakan /memberikan Zakat dan Fitrah
5. Menunaikan Ibadah Haji ketanah suci apabila mampu.

Kitab suci islam adalah Alqur’an yang berisikan 6666 ayat/pasal atau ayat yang pertama kal;inya berhasil dihimpun dalam satu kitab (dikodifikasikan ) pada zaman pemerintahan khalifah Utsman (644-656 M ). Contoh-contoh perbuatan Nabi, perkataan dan perilaku nabi disebut Al- Hadits; sedangkan kitab yang memuat tentang hukum-hukum atau peraturan-peraturan dlam agama islam disebut Al- Fiqih.

PEPERANGAN DIMASA NABI

0 komentar

PEPERANGAN DIMASA NABI

 Kaum Qurai’sy Mekah terus berusaha untuk menghancurkan agamaislam dan menumpas kaum muslimin. Mengetahui bahwa kaum muslimin telah siap hendak menyerang, maka nabipun terpaksa angkat senjata sebagai pembelaandalam mempertahankan islam dan kaum muslimin. Peperangan yang terjadi antara kaum qurais’y dengan kaum muslimin dibawah pimpinan nabi tecatat diantaranya :

1. Perang Badar (perang terbesar) terjadi tgl 17 Ramadhan 2 H
Perang terjadi antara kaum muslimin melawan kaum qurai’sy, dalam hal in jumlah tentara kaum muslimin minoritas 1 : 1000 difihak kaum kafir, peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin.
2. Perang Uhud terjadi pad tgl 3 hijriah bulan Sya’ban
Perang antara kaum muslimin melawan kaum qurais’y yang terjadi di bukit Uhud dalam hal ini kaum muslimin hanya berjumlah 1000 dan kaum qurai’y berjumlah 3000 lebih, dimenangkan oleh kaum quraisy (70 orang muslim gugur, termasuk paman nabi bernama Hamzah).
3. Perang Parid (perang chandag/ perang ahzab) terjadi tgl 5 Hijriyah
Perang antara kaum muslimin melawan kaum qurai’sy dengan dibantu kaum yahudi sehingga nabi memerintahkan membuat parit disekeliling madinah, Diahir peperangan dimenangkan oleh kaum muslimin,dimana kaum muslimin berhasil menghujani panah kepada kaum kafir.
4. Perang Perang Tabuk terjadi pada tgl 8 hijriyah
Perang antara kaum muslimin melawan Laskar Romawi Timur, dimenangkan oleh kaum muslimin.

PENYIARAN AGAMA ISLAM

0 komentar

PENYIARAN AGAMA ISLAM

 Penduduk Mekah pada umumnya tidak mengakui muhammad sebagai Rosul. Ajaran beliau selalu dicemo’oh, bahkan suku nabi sendiri yaitu Qurai’sy menentangnya. Ancaman dan penganiyayaan terhadap muhammad serta pengikutnya semakain menjadi setelah chadijah dan Abu thalib wafat. Chadijah yang selama hidupnya sangat besar jasanya terhadap Nabi dan perjuangan Islam, sedang Abu Thalib yang seanantiasa memberikan perlindungan kepada Nabi, adalah orang yang disegani oleh kaum Qurqisy, Kematian kedua orang ini membuat kaum Qurqisy bertambah sewenang-wenang melakukan berbagai ancaman dan penganiayaan.

 Karena makin mengheabatnya penganiayaan dan kekejaman atas diri Nabi dan pengikutnya, maka setelah 10 tahun berusaha mengwembangkan Islam di Mekkah, atas kehendak Tuhan beliau hijrah ke Madinah pada tanggal 16 Juli 622 M.
 Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad tahun 622 M kemudian diperingati dan ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Islam yaitu tarikh Hijrah yang berdasarkan peredaran bulan, sehingga satu tahun = 355 hari. ( Tahun Masehi berdasarkan peredaran Matahari dan satu tahun = 366 hari ).
 Di kota Madinah, Nabi mendapat sambutan dan penghormatan yang besar.
Apabila di Mekkah ajaran Nabi bersifat keimanan yaitu percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, hari kiamat dan segala sesuatu yang harus ditaati oleh orang Islam , maka di Madinah ajaran beliau bersifat kemasyarakatan, yaitu hukum-hukum Allah mengenai perkawinan, perceraian, warisan, kesusilaan dan agama. Beliau wafat pada tahun 632 Di kota Madinah ini Nabi mulai membina susunan masyarakat dan mengatur pemerintahan Islam. Dari sinilah Nabi memproklamirkan negara Islam dan dengan jalan mengirimkan wakil-wakil (duta) Islam, beliau berseru kepada raja-raja dan kaisar-kaisar di beberapa negara untuk menganut agama Islam, Setelah tinggal selama kurang lebih 13 tahun di Madinah di mana Islam telah merata ke seluruh Jazirah Arabia dan sekitarnya, beliau wafat pada hari Senin, 12 Robiulawal 11 H ( 8 Juli 632 M ).

LAHIRNYA ISLAM

0 komentar

LAHIRNYA ISLAM

 Agama Islam lahir dinegri arab atas usaha nabi Muhammad s.a.w.,. Di Arab pada waktu itu terdapat banyak suku bangsa yang saling bermusuhan, mereka menyembah berhala, dan mahluk halus serta batu-batuan hingga waktu itu disebut jaman Jahiliyah.
Disekeliling batu Ka’bah terdapat banyak sekali patung-patung batu yang mereka puja. Bayi perempuan sering dibunuh, karena dipandang tidak berguna dalam masyarakat yang harus berjuang matia-matian mencari nafkahdi daerah yang tandus itu.

 Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, tgl 12 Rabi’ul awal, tahun gajah ( Th dimana tentara Abessinia yang berkendraan gajah hendk menghancurkan ka’bah ), bertepatan dengan 20 April 571 M. Ayahnya Abdullah, meninggal sebelum Muhammad dilahirkan, sedangkan Ibunya Aminah meninggal sewaktu Muhammad berumur 6 th. Kemudian selama 2 th tahun Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya Abdul muthalib; ketika berusia 8 th kakeknya meninggal, lalu beliau diasuh pamanya Abu Thalib hingga dewasa.
 Sejak muda Muhammad telah memperlihatkan sifat-siftnya yang baik, cerdas,berbudi,berani dan jujur sehingga beliau mendapat gelar Al- Amin artinya Muhammad yang dapat dipercaya. Menginjak usia 40 th beliau suka mengasingkan diri keluar kota mekah yaitu ke Gua Hira’, kemudian pada malam hari datang malaikat Jibril menyampaikan wahyu bahwa Muhammad diangkat menjadi Rosul Alloh. Beliau harus memimpi bangsa dan umat manusia kejalan yang benar.Wahyu pertama dari Tuhan, yaitu surat Al-Alaq (Iqro’, ayat 1s/d 5), Kemudian turun wahyu berikutnya secara berangsur-angsur selama lebih kurang 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Peristiwa turunya wahyu pertama kali kepada Nabi Muhammad disebut Nuzulul Qur’an yang setiap tanggal 17 bulan puasa diperingati umat islam.

BANGSA DAN NEGARA ARAB

0 komentar

BANGSA DAN NEGARA ARAB

 Bangsa arab adalah sekeluarga dengan bangsa Asyria, Babylonia , Syiria dan bangsa Yahudi. Mereka berbahas Arab, yang seperti bahasa Asyria, Babylonia, Aramea dan Ibrani,masuk keluarga bahasa Semmit.

Negara Arabia
 Negara Arabia yang berbentuk jazirah itu dibagi atas 3 bagian : Arabia Utara, Tengah dan Selatan.
Sebagian tanah arab berupa gurun pasir atau Badiyah = padang pasir; maka penduduknya menamakan diri Badawi artinya penduduk padang pasir.
Dibeberapa tempat yang ada air dan perigi, ditempat itu pulalah bangsa Arab dapat bercocok tanam dn menanam gandum, kurma, juga memelihara ternak seperti kuda,kuldi, unta, biri-biri dll.

Arabia Utara
 Bagian ini berdekatan dengan daerah bulan sabit yang makmur, sehingga beberapa kali bangsa arab menyerbu ke daerah yang makmur itu.Misalnya : pada abad ke 3 bangsa arab masuk ke messopotamia dan di tepi sungai Eufrat mereka mendirikan sebuah negri dibawah kekuasaan keluarga raja-raja Laksmi. Kemudian merka tahluk kepada Persia.lebih kurang tahun 500 bangsa arab masuk ke syiria dan mendirikan sebuah negri dibawah kekuasaan keluarga raja-raja Gassani.

Arabia Tengah
 Arabia tengah letaknya dekat laut merah yang disebut Hijaz, dan penduduknya ada yang berdagang , terutama di kota Yatrib/ Madinah. Negri Hijaz dapat makmur karena letaknya ditepi jalan perdgangan antara timur dan barat. Melalui teluk Aden.

Arabia Selatan
 Neggri Yaman merupakan kota besar yang berada di arabia selatan oleh bangsa Romawi disebut Arabia felix, artinya tanah arab yang bahgia, sejak berabad-abad sudah mempunyai penduduk yang berumah batu. Menurut cerita kota Mina dan Sabae sudah berbudaya tinggi dan terletak didaratan yang tinggi , memungkinkan hujan turun dn air hujan itu oleh mereka dimasukkan dalam kolam air dan pipa air sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian.

ISLAM INDONESIA DAN TRANSORMASI BUDAYA

0 komentar


ISLAM INDONESIA DAN TRANSORMASI BUDAYA (bag.1)

oleh Abdul Hadi WM pada 9 Agustus 2010 pukul 13:20 ·
Abdul Hadi W. M.


Masuk dan berkembang pesatnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-13 – 17 M memunculkan banyak pendapat yang berbeda-beda bahkan saling bertentangan. Khususnya berkaitan dengan tempat darimana agama ini datang dan siapa yang membawa masuk, serta saluran-saluran utama yang memungkinkan pesatnya perkembangan itu. Semula diduga bahwa yang mula-mula membawa dan memperkenalkan agama ini kepada penduduk Nusantara ialah pedagang-pedagang dari Gujarat, India. Sejak itu perdagangan dipandang sebagai faktor terpenting sebagau saluran pesatnya perkembangan agama Islam di Nusantara. Tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa faktornya sangat kompleks. Sebelum berkembang pesat Islam harus menempuh jalan yang berliku-liku dan rumit serta panjang, dan faktornya bukan hanya perdagangan semata-mata.

Bukti-bukti yang lebih absah seperti berita-berita Arab, Persia, Turki, dan teks-teks sejarah lokal memperkuat keterangan bahwa Islam hadir di kepulauan Nusantara dibawa langsung dari negeri asalnya oleh pedagang-pedagang Arab, Persia dan Turki. Gujarat dan bandar-bandar lain di India seperti Malabar dan Koromandel hanyalah tempat persinggahan saja sebelum mereka melanjutkan pelayaran ke Asia Tenggara dan Timur Jauh. Pada abad ke-12 dan 13 M, disebabkan banyaknya kekacauan dan peperangan di Timur Tengah termasuk Perang Salib, mendorong penduduk Timur Tengah semakin ramai melakukan kegiatan pelayaran ke Asia Tenggara. Tidak sedikit di antara mereka yang bermukim lama dan kawin mawin dengan penduduk setempat. Lambat laun terbentuklah komunitas-komunitas Muslim yang besar di bandar-bandar dagang kepulauan Nusantara.

Faktor yang turut menentukan bagi bertambah ramainya kegiatan perdagangan bangsa Arab dan Persia di Asia Tenggara ialah invasi beruntun bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan ke atas negeri-negeri Islam sejak tahun 1220 M yang berakhir jatuhnya kekhalifatan Baghdad pada 1258 M. Kehancuran negeri-negeri Islam ini dan penjajahan bangsa Mongol telah mendorong terjadinya gelombang perpindahan besar-besaran kaum Muslimin ke India dan ke Asia Tenggara Perpindahan besar-besaran itu terjadi hingga akhir abad ke-14 M mengikuti ramainya arus pelayaran dan kegiatan perdagangan. Brsama para pedagang dan pengungsi yang lain itu hadir pula sejumlah faqir atau sufi pengembara bersama ratusan pengikut tariqat yang mereka pimpin. Mereka ternyata berhasil memanfaatkan jaringan perdagangan internasional yang telah lama dibina para pedagang Muslim dalam menjalankan kegiatan mereka menyebarkan agama Islam.

Karena negeri-negeri di kepulauan Melayu merupakan gerbang masuk paling depan dan tempat singgahan paling utama bagi kapal-kapal asing yang berasal dari arah barat, maka tidak mengherankan jika kerajaan-kerajaan Islam awal seperti Samudra Pasai (1270-1514 M) dan Malaka (1400-1511 M) muncul. Imperium-imperium Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan yang penduduknya telah menganut agama Islam, serta berkembang menjadi pusat kekuasaan dan penyebaran Islam setelah raja-raja mereka memeluk agama Islam. Munculnya kerajaan-kerajaan ini memungkinkan berkembangnya perlembagaan-perlembagaan Islam, yang merupakan faktor utama pesatnya penyebaran agama Islam dan transformasi budayanya.

Ada juga faktor lain yang tidak kalah penting berkaitan dengan surutnya perkembangan agama Buddha dan Hindu. Surutnya perkembangan dua agama universal ini diisi oleh hadirnya agama universal lain yang memungkinkan penduduk kepulauan Nusantara dapat berpartisipasi dalam era baru arus global perdagangan, yang untuk kedua kalinya (yang pertama abad ke-5 – 11 M) melanda Asia Tenggara. Kemunduran Sriwijaya pada awal abad-13 M dan kehancurannya pada abad ke-14 akibat gempuran Majapahit, sebuah kerajaan Hindu yang baru bangkit di Jawa Timur, memberi peluang pesatnya agama Islam berkembang.

Sejak lama Sriwijaya merupakan pusat kekuasaan dan penyebaran agama Buddha yang penting di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Palembang, ibukota imperium ini merupakan bandar dagang terbesar di kepulauan Melayu. Tetapi setelah dibelit oleh krisis ekonomi sejak akhir abad ke-12 M ia menjadi lemah dan wilayah taklukannya yang luas di Semenanjung Malaya dan Sumatra satu persatu direbut Siam atau melepaskan diri. Di antara kerajaan-kerajaan kecil di Sumatra yang berhasil melepaskan diri ialah Lamuri, Aru, Pedir, Samalangga dan Samudra di pantai timur, dan Barus di pantai barat. Penduduk negeri-negeri ini sejak telah banyak yang memeluk agama Islam. Sejak Sriwijaya mengalami kemunduran dan memungut cukai yang tinggi bagi kapal-kapal asing yang singgah di pelabuhan Palembang, kapal-kapal dagang Muslim makin enggan singgah. Mereka lebih senang berlabuh di bandar-bandar dagang yang penduduknya telah banyak menganut agama Islam.

Menjelang akhir abad ke-13 M, kerajaan-kerajaan kecil itu berhasil dipersatukan oleh kerajaan Samudra Pasai. Setelah rajanya yang pertama, Meura Silu memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Malik al-Saleh, kerajaan ini berubah menjadi kerajaan Islam. Pada awal abad ke-14, Samudra Pasai mengirim utusan dagang ke Cina yang menandai kedaulatannya. Ini mengisyaratkan ia telah mampu menyaingi Sriwijaya. Pada tahun 1340 M, Sriwijaya diserbu oleh Majapahit. Selama lima abad berikutnya, tak terhindarkan Sriwijaya semakin lemah dan merosot. Sebaliknya Samudra Pasai, walaupun juga digempur Majapahit pada tahun 1360 M, tetap berkembang sebagai bandar dagang regional yang besar. Invasi Majapahit ini juga menyebabkan agama Islam berkembang di Jawa Timur sebagai dampak dari banyaknya tawanan perang yang dibawa tentara Majapahit dari Pasai ke Jawa Timur. Orang Pasai juga banyak yang pindah ke Jawa Timur menyusul terjadinya silang kawin antara putra-putri Pasai dan putra-putroi Majapahit.

Pada tahun 1390 M raja terakhir Sriwijaya, yang masih muda, berhasrat memulihkan kedaulatan negerinya. Lantas ia memaklumkan diri sebagai titisan (avatara) Boddhisatwa. Ini membuat murka penguasa Majapahit. Ibukota Sriwijaya lantas diserbu sekali lagi dan kali ini dihancur leburkan. Bersama ratusan sanak keluarga, karib kerabat, pendeta dan pegawainya, Paramesywara berhasil melarikan diri. Mula-mula ke Temasik, Singapura sekarang, dan akhirnya ke Malaka di mana dia mendirikan kerajaan baru. Karena letaknya yang strategis, Malaka segera berkembang menjadi bandar dagang regional yang penting di Selat Malaka.Pada tahun 1411 M, Paramesywara memeluk agama Islam setelah menikah dengan putri raja Pasai. Maka negerinya muncul menjadi kerajaan Islam baru kedua setelah Samudra Pasai.

Berdirinya Samudra Pasai dan Malaka semakin mendorong pesatnya perkembangan agama Islam di kepulauan Melayu, penduduk Nusantara pertama yang secara beramai-ramai memeluk agama Islam. Berbeda dengan agama Buddha hadir sebagai agama elite aristokratik, Islam hadir sebagai agama egaliter dan populis yang tidak mengenal sistem kasta dan kependetaan, dan karenanya memungkinkan keterlibatan segenap lapisan masyarakat dalam semua aspek kehidupan sosial dan keagamaan. Hadirnya para faqir atau sufi pengembara, bersama organisasi tariqat mereka yang banyak pengikutnya dan mempunyai jaringan organisasi yang luas, kian memungkinkan pesatnya perkembangan Islam pada abad-abad ini. Organisasi-organisasi tariqat ini mulai berkembang subur sejak abad ke-12 M dan semakin giat melakukan kegiatan penyebaran agama ke Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara setelah jatuhnya kekhalifatan Baghdad pada akhir abad ke-13 M.
Sebelum berkembangnya Islam, lembaga pendidikan di kepulauan Nusantara dibuka hanya untuk lapisan elite aristokratik. Pada zaman Islam lembaga pendidikan dibuka untuk segenap lapisan masyarakat. Dengan demikian tradisi keterpelajaran berkembang pesat dan memudahkan bagi penyebaran agama Islam. Lagi pula sebagai agama kitab, Islam mewajibkan segenap pemeluknya, tua dan muda, lelaki dan wanita, belajar membaca dan menulis. Dalam tiga abad perkembangannya itu Islam tidak hanya menyebabkan penduduk yang menerimanya melek huruf, tetapi juga memiliki budaya tulis dan tradisi intlektual yang tinggi.

Datangnya Islam, kata al-Attas (1972), menyebabkan kebangkitan rasional dan intelektual yang bercorak religius di Nusantara yang tidak pernah dialami sebelumnya. Sedangkan Kern (1917:16) mengatakan bahwa datang dan berkembangnya Islam telah mendorong terjadinya perubahan besar dalam jiwa bangsa Melayu dan kebudayaannya. Islam menyuburkan kegiatan ilmu dan intelektual serta membebaskan mereka dari belunggu mitologi yang menguasai jiwa mereka. Pada gilirannya kedatangan Islam juga membuka lembaran baru dan menyebabkan terjadinya proses perubahan sosial, ekonomi dan politik yang sangat mendasar. Karena datang dan berkembang melalui saluran perdagangan dan tasawuf, datangnya Islam juga membangkitkan etos atau budaya dagang yang tangguh di kalangan etnik Nusantara yang telah lama memeluknya.

Masjid Sumenep

Tahapan Awal Perkembangan Islam

Pererkembangan Islam di Nusantara dan transformasi budayanya, secara umum
dapat dibagi ke dalam tiga tahapan: Pertama, tahapan perpindahan ke islam secara formal, kira-kira berlangsung pada tahun 1200 – 1400 M. Kedua, perpindahan secara spiritual disebabkan intensifnya penyebaran Islam oleh para wali dan sufi, dari tahun 1400 – 1600 M. Ketiga, tahapan pendalaman dan penyempurnaan pemahaman terhadap ajaran Islam. Derasnya proses Islamisasi pada masa tahapan ini berlangsung didukung oleh suburnya kegiatan penulisan kitab-kitab keagamaan, keilmuan dan sastra, serta kegiatan penciptaan seni dan berhasilnya upaya mengintegrasikan Islam dengan budaya lokal. Ini berlangsung pada abad ke-17 dan 18 M (lihat juga al-Attas 1972).
Sudah tentu proses islamisasi itutidak berlaku serentak di wilayah yang berbeda-beda dalam waktu bersamaan. Walaupun demikian, urutan tahapan itu berlaku secara umum ketika di suatu daerah proses islamisasi bermula dan berlanjut ke tahapan berikutnya. Pada tahapan pertama, daya tarik Islam yang menyebabkan penduduk Nusantara memeluk agama ini ialah watak dan semangat egaliternya. Dengan masuk Islam mereka mempunyai peluang untuk memperoleh pendidikan yang akan membuat status sosialnya naik. Dengan masuk Islam pula penduduk pribumi dapat berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan regional dan internasional yang didominasi oleh orang Islam. Dengan cara demikian semakin banyak penduduk di kepulauan Nusantara menjadi bagian dari masyarakat kosmopolitan. Pola kegiatan ekonominya tidak hanya terkungkung di pasar tradisional dan mobilitas sosialnya berkembang tidak hanya secara horizontal, namun juga secara vertikal. Jika dalam agama yang terdahulu pedagang menempati strata yang rendah, dalam Islam kaum pedagang menempati strata yang terhormat. Ini mendorong tumbuhnya budaya dagang dan semangat wiraswasta.

Pemakaian bahasa lokal sebagai pengantar di lembaga pendidikan Islam, terutama bahasa Melayu, memudahkan pula penduduk Nusantara lebih mudah mepelajari agama dan ilmu-ilmu keagamaan. Apalagi bahasa ini telah lama merupakan lingua franca di Nusantara di bidang perdagangan. Intensifnya penggunaan bahasa Melayu di lembaga pendidikan Islam dan perluasan pemakaiannya di luar kepulauan Melayu, menyebabkan bahasa ini berkembang pesat dan dirasakan keperluannya. Ketika martabat bahasa ini naik dan proses islamisasinya kian deras, semakin naik pula perannya. Ia lantas muncul sebagai bahasa pergaulan utama etnik-etnik dan bangsa yang berbeda-beda di Indonesia di bidang politik, intelektual dan keagamaan. Apalagi sebagian besar kitab-kitab keagamaan dan sastra, yang merupakan sumber rujukan utama dalam memahami ajaran Islam dan tradisi intelektualnya, ditulis dalam bahasa Melayu.

Demikianlah segera setelah agama Islam berkembang segera pula ia memperlihatkan wataknya yang khas yang membedakan dari dua agama India yang telah hadir lebih dahulu. Perbedaannya ialah: Pertama, dalam Islam hanya ada teks suci tunggal yang utuh dan mantap, karena itu tidak membingungkan penganutnya. Dalam agama Hindu dan Buddha terdapat banyak teks suci. Kedua, ajaran ketuhahan dan sistem peribadatan Islam lebih sederhana dan jelas, serta mudah dipahami. Ketiga, Islam adalah agama yang egaliter sebagaimana telah dijelaskan. Tiadanya sistem kasta mendorong penduduk kepulauan Nusantara cepat tertarik pada agama yang pada mulanya diperkenalkan oleh para pedagang Arab dan Persia itu.

Kecuali itu terdapat faktor lain, beberapa di antaranya ialah : (1) Para pendakwah Islam yang awal dalam menyampaikan khotbah-khotbahnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, namun jelas pesan yang ingin disampaikannya tanpa perlu melakukan pendangkalan; (2) Ajaran Islam mengharuskan terciptanya hubungan mesra pemeluknya dengan Sang Khaliq; (3) Dalam Islam tidak ada lembaga kependetaan. Teks-teks Melayu dan Nusantara Islam yang berasal dari masa awal penyebaran agama ini, baik kitab fiqih dan tasawuf, maupun hikayat dan babad, memberikan kesaksian mengenai hal tersebut. Satu lagi daya Islam pada masa awal penyebarannya itu ialah pembacaan riwayat hidup dan perjuangan Nabi Muhammad dengan dinyanyikan. Misalnya Qasidah Burdah dan Syaraful Anam, atau syair-syair dalam Maulid Rasul. Ini dikemukakan antara lain oleh sejarawan Parsi abad ke-15 M yang tinggal di Malabar, Zainuddin al-Ma`bari dalam kitabnya Tuhfat al-Mujahidin.

Penyampaian ajaran Islam dalam bahasa lokal, dengan uraian yang mudah dicerna, tercermin dalam kurikulum madrasah di Samudra Pasai dan Malaka, yang sebagian masih berlaku hingga kini. Ilmu-ilmu yang diajarkan meliputi asas-asas agama Islam, fiqih dan syariah, bahasa Arab dan sejarah Islam pada tingkatan dasar, sedangkan pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi diajarkan ilmu kalam, usuluddin, tafsir al-Qur’an dan hadis, tasawuf, retorika, logika (ilmu mantiq), dan lain-lain. (Ismail Hamid 1983:2). Naskah-naskah Islam awal yang dijumpai juga menunjukkan pengutamaan fiqih sebagai dasar pengetahuan untuk memahami ajaran Islam. Misalnya naskah lontar abad ke-15 dari Jawa Timur, yang memuat teks uraian tentang fiqih yang diajarkan oleh Maulana Malik Ibrahim, wali pertama di pulau Jawa. Dalam teks itu juga diuraikan tasawuf akhlaq, ringkasan dari Bidayat al-Hidayah karangan Imam al-Ghazali (w. 1111 M).

Karena didasarkan atas keimanan yang kuat, proses perpindahan ke Islam pada tahapan awal ini tidak dirasakan perlu untuk memberi pehamanan secara rasional dan inetelektual. Pengajian yang intensif dengan uraian yang mudah tentang berbagai perkara keagamaan, dan ide-ide Islam tentang kemasyarakatan, seperti yang biasanya diselenggarakan setelah salat maghrib di masjid-masjid, dirasakan cukup memadai. Begitu pula pembacaan hikayat nabi-nabi, kisah kepahlawan kaum Muslimin di masa lalu dalam memerangi ketidakadilan dan kekafiran, seperti Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali Hanafiyah, dua epos yang dikenal luas di lingkungan masyarakat Muslim tradisional, sudah cukup. Juga telah lama dijumpai banyak syair-syair keagamaan dalam bahasa Melayu dan bahasa daerah lain di Nusantara yang pada zamannya dijadikan sarana efektif dakwah Islam. Pada gilirannya pembacaan syair-syair keagamaan dan pujian kepada Nabi Muhammad s.a.w. itu melahirkan berbagai bentuk kesenian baru.

Tidak diperlukannya uraian yang bercorak intelektual, itu sebagian disebabkan karena pemahaman tentang Tauhid atau kepercayaan akan keesaan Tuhan dalam pikiran penduduk Nusantara masih kabur. Konsep-konsep ketuhanan yang diajarkan Hinduisme dan Syamanisme masih berpengaruh. Jika implikasi rasional dan inetelektual dari Tauhid disertakan dalam dakwah Islam, maka kemungkinan akan terjadi kekaburan yang membingungkan Yang dapat dilakukan untuk mengikis pengaruh kepercayaan lama itu ialah dengan memperkenalkan dasar-dasar kosmopolitanisme Islam. Dasar-dasar kosmoplitanisme Islam itu antara lain ialah pandangan bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, sedang kampung halaman manusia sebenarnya ialah akhirat.

Islam juga mengajarkan bahwa Tuhan sajalah Yang Maha Hidup. Dia sajalah yang dapat memberi kehidupan kepada segala sesuatu yang ada di alam semesta. Bukti bahwa pada tahapan awal ini yang diperkenalkan terlebih dulu ialah semangat kosmoplitan Islam, tampak pada tulisan di makam-makam Islam lama dari abad ke-13 – 15 M yang dijumpai di Pasai dan Aceh, Semenanjung Malaya dan Gresik di Jawa Timur, dan tempat lain. Sebagian besar tulisan yang dipahatkan pada batu nisan makam-makam lama itu ialah ayat-ayat al-Qur’an dan syair-syair Arab yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar dari kepercayaan terhadap keesaan Tuhan dan pandangan dasar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara..

Dari Pasai dan Aceh, Islam kemudian tersebar ke wilayah-wilayah lain di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam pun bermunculan di pulau-pulau lain sejak abad ke-16 M. Di Jawa muncul kerajaan Demak, Banten, Pajang, Mataram, Cirebon dan Madura pada abad ke-16 – 17 M; di Maluku kerajaan Ternate dan Tidore pada abad ke-16 juga; di Sulawesi Buton, Selayar dan Gowa, di Nusatenggara Bima dan Lombok, di Kalimantan Banjarmasin dan Pontiana, dan seterusnya pada abad ke-17 dan 18 M. Di kepulauan Melayu sendiri pusat-pusat kekuasan dan peradaban Islam yang lain juga muncul menyusul kemunduran Aceh Darussalam sejak awal abad ke-18 M. Misalnya Palembang, Johor, Riau, Banjarmasin, Minangkabau, dan lain-lain.

Tidak banyak ekspedisi militer diperlukan dalam proses islamisasi itu Yang paling aktif bergerak ialah para wali dan sufi, atau para pemimpin tariqat dengan gilda-gilda mereka Sumber-sumber sejarah lokal banyak memberikan keterangan ini. Misalnya Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis pada akhir abad ke-14 M) yang menceriterakan bahwa raja Samudra Pasai dan penduduk negeri itu diislamkan oleh Syekh Ismail, seorang faqir yang berlayar bersama 70 pengikutnya dari Yaman. Seorang musafir Arab dari Maroko, Ibn Batutah yang mengunjungi negeri itu pada tahun 1345-6 M, memberitakan dalam laporannya bahwa raja negeri itu sangat egaliter dan suka berbincang dengan ulama-ulama madzab Syafii, serta para cendekiawan Persia dari Bukhara dan Samarqand. Dia berjalan kaki ke masjid setiap hari Jumat. Usai salat Jumat sang raja biasa bertatap muka dan berbincang dengan orang kebanyakan sebelum kembali ke istana (Gibb 1957:273-6).

Raja Gowa di Sulawesi dan penduduknya diislamkan pada tahun 1607 oleh seorang ulama sufi dari Minangkabau bernama Abdul Ma`mur Chatib Tunggal. Dia dating bersama rombongan pengikutnya dan tiba di Sulwesi Selatan setelah berlayar lama. Dia kemudian dikenal dengan nama Dato Ri Bandang. Sedangkan temannya Chatib Sulaiman dan Chatib Bungsu masing-masing mengislamkan daerah Luwu dan Tiro, dengan mengajarkan fiqih dan tasawuf (Nourdyn 1972:19). Di Jawa proses islamisasi dilakukan oleh para wali. Selain menggunakan saluran perkawinan dan jaringan perdagangan, mereka juga menggunakan saluran kesenian dan budaya lokal, termasuk sastra. 

Agama Islam di Brunei Darussalam

1 komentar


Agama Islam di Brunei Darussalam
Agama Islam di Brunei dapat berkembang dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan. Bahkan, agama Islam di Brunei merupakan agama resmi negara. Untuk pengembangan agama Islam lebih lanjut telah didatangkan ulama-ulama dari luar negeri, termasuk dari Indonesia. Masjid-masjid banyak didirikan. Umat Islam di Brunei menikmati kehidupan yang benar-benar sejahtrera sesuai dengan namanya Darussalam (negeri yang damai).
Pendapatan perkapita negara ini termasuk tertinggi di dunia. Pendidikan dan perawatan kesehatan diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Negara Brunei Darussalam merupakan negara termuda di Asia Tenggara (merdeka tahun 1984 dari Inggris). Penduduk Brunei Darussalam mayoritas beragama Islam.

Agama Islam di Malaysia (Malaka)

0 komentar


Agama Islam di Malaysia (Malaka)
Sekitar abad ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat dan Malabar. Disamping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdul Aziz dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerjaan Islam di Malaka dengan rajanya yang pertama Sultan Permaisura. Setelah beliau wafat diganti oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiaran Islam bertambah maju, pada masa Sultan Mansyur Syah (1414-1477 M). Sultan suka menyambung tali persahabatan dengan kerajaan lain seperti Syam, Majapahit, dan Tiongkok.
Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin nertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang. Sampai sekarang perkembangan agama Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak ada hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992. kelantan adalah negara bagian yang dikuasai partai oposisi, yakni Partai Al-Islam se-Malaysia (PAS) yang berideologi Islam. Dalam pemilu 1990 mengalahkan UMNO dan PAS dipimpin oleh Nik Mat Nik Abdul Azis yang menjabat sebagai Menteri Besar Kelantan.

Agama Islam di Filipina

0 komentar


Agama Islam di Filipina
Berdasarkan catatan Kapten Tomas Forst tahun 1775 M, ada orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanau (Filiphina) adalah Mubalig yang bernama Kebungsuan pada abad ke-15 M. Sedangkan yang menyebarkan agama Islam di pulau sulu ialah Sayid Abdul Aziz (Sidi Abdul Aziz) dari Jeddah. Ulama ini juga mengislamkan raja Malaka pertama yang semula beragama Hindu, yakni Permaisura diganti dengan Muhammad Syah. Kemudian yang disusun dengan mubalig Abu Bakar yang menyebarkan Islam ke Pulau Sulu, Pulau Luzon dan sebagainya.
Muslim di Filipina adalah minoritas dan nasib mereka sekarang sangat memprihatinkan. Seperti nasib muslim di Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, di situ umat Islam mendapat gangguan, tekanan bahkan pembasmian dari pihak-pihak yang memusuhinya. Hingga kini muslim Moro terus berjuang untuk memperoleh otonomi karena mereka selalu ditindas dan diperlakukan sebagai warga kelas dua oleh pemerintah Manila. Oleh karena itu, muslim Moro terus berjuang mempertahankan diri, agama dan identitas sebagai muslim.

Agama Islam di Thailand

0 komentar


Agama Islam di Thailand
Agama Islam masuk ke Thailand dengan melalui Kerajaan Pasai (Aceh). Ketika Kerajaan Pasai ditaklukan Thailand, raja Zainal Abidin dan orang-orang Islam banyak yang ditawan. Setelah mereka membayar tebusan mereka dikeluarkan dari tawanan, dan para tawanan tersebut ada yang pulang dan ada juga yang menetapa di Thailand, sehingga mereka menyebarkan agama Islam.
Ketika raja Thailand menekan Sultan Muzaffar Syah (1424-1444) dari Malak agar tetap tuduk kepada Thailand dengan membayar upeti sebanyak 40 tahil emas per tahun ditolaknya, kemudian Raja Pra Chan Wadi menyerang Malaka, tetapi penyerangan tersebut gagal. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1444-1477) tentara Thailand di Pahang dapat dibersihkan. Wakil Raja Thailand yang bernama Dewa Sure dapat ditahan, tetapi beliau diperlakukan dengan baik. Bahkan, puterinya diambil istri oleh Mansyur Syah untuk menghilangkan permusuhan antara Thailand dengan Malaka. Pada akhir-akhir ini, muslim Pattani cukup lama mendapat tekanan dan penindasan dari rezim Bangkok yang memeluk Budha

Agama Islam di Singapura

0 komentar

Agama Islam di Singapura
Perkembangan Islam di singapura boleh dikatakan tidak ada hambatan, baik dari segi politik maupun birokratis. Muslim di Singapura ± 15 % dari jumlah penduduk, yaitu ± 476.000 orang Islam. Sebagai temapt pusat kegiatan Islam ada ± 80 masjid yang ada di sana. Pada tanggal 1 Juli 1968, dibentuklah MUIS (majelis Ulama Islam Singapura) yang mempunyai tanggung jawab atas aktivitas keagamaan, kesehatan, pendidikan, perekonomian, kemasyarakatan dan kebudayaan Islam.

masjid adalah salah satu ciri agama islam

0 komentar


masjid adalah salah satu ciri agama islam

masjid adalah salah satu ciri agama islam

PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM


Jika kita selami dari jaman nabi hingga jaman sekarang, telah banyak sekali perkembangan yang telah terjadi. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa agama islam telah mengalami banyak perkembangan. Yang terlihat sekarang bahwa orang-orang di Indonesia mayoritas adalah beragama islam.

Itu semua terjadi berkat perjuangan para pejuang agama. Mereka memperjuangkan harta mereka, tenaga mereka bahkan nyawa mereka untuk agama Allah yang murni ini

Koleksi Budaya Islam DIY Masuk Museum Islam Nusantara

0 komentar


Koleksi Budaya Islam DIY Masuk Museum Islam Nusantara

Oleh Olivia Lewi Pramesti  | 22-07-2011 | http://ngi.cc/npZ | arkeologi

Koleksi Budaya Islam DIY Masuk Museum Islam Nusantara
Maufiroh Isnainto/Fotokita.net
 
Koleksi kebudayaan dan peninggalan sejarah Islam di DIY akan masuk Museum Islam Nusantara yang rencananya akan dibangun di kawasan makam Gus Dur yang berada di Jombang, Jawa Timur.

Direktur Nilai Sejarah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Shabri Aliaman menjelaskan koleksi DIY mewakili sejarah perkembangan Islam di Indonesia. "Museum ini akan menampilkan berbagai koleksi perkembangan Islam di Nusantara, seperti arsitektur masjid, kesusastraan Islam, hingga penulisan sejarah Islam yang meliputi sejarah masuknya Islam ke Nusantara, termasuk peninggalan budayanya," kata Shabri ketika melakukan kunjungan di Benteng Vredeburg Yogyakarta, Kamis (21/7).

Saat ini, Kemenbudpar sedang merancang tahap awal, yakni penyusunan sejarah Islam yang akan menghasilkan  naskah akademik. Penyusunan naskah akademik menjadi dasar kajian tata koleksi. Naskah akademik ini diharapkan mempercepat pembangunan museum yang sudah digagas beberapa bulan lalu.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Djoko Dwiono mengatakan koleksi DIY tidak secara merta dapat dipindahkan ke Museum Islam Nusantara. Pemindahan koleksi ini membutuhkan proses yang lama seperti masalah MoU hingga perizinan. “Saya agak ragu apakah koleksi DIY bisa dibawa kesana. Koleksi tersebut adalah aset pemerintah daerah. Apalagi koleksi Islam yang ada di keraton, itu adalah aset keraton dan tak mungkin dipindahkan karena ada pemiliknya,” papar Djoko di ruang kerjanya di Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Jumat (22/7).

Djoko menyarankan agar koleksi Islam milik Yogyakarta dibuatkan tiruan untuk dipamerkan di tempat lain. Proses duplikasi dimulai tahun 2011 dan saat ini masih dilakukan  oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. “Kami bisa mempertontonkan koleksi asli bila Museum Islam Nusantara memang mengadakan pameran temporer dengan tema khusus,”tambahnya.

Djoko pun mengaku belum diajak berdikusi oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan mengenai pemindahan koleksi budaya Islam DIY ke Museum Islam Nusantara.

Wajah Damai Islam Indonesia

0 komentar


Wajah Damai Islam Indonesia

OPINI | 06 September 2011 | 21:20 238 15 2 dari 3 Kompasianer menilai aktual

1315318708220181085
(ilust: abufurqan.com)
Islam Indonesia begitu istimewa. Berbeda dari Islam di negeri-negeri lainnya yang disebarkan lewat ekspansi militer, di Indonesia agama ini disebarkan secara damai oleh pedagang-pedagang Arab dan India.
Tidak  Menghancurkan
Banyak faktor mengapa Islam begitu mudah diterima oleh orang Indonesia. Ajaran Islam yang diterima masyarakat muslim awal Nusantara tidak memberangus adat dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Yang terjadi ialah akulturasi budaya. Misalnya, tradisi wayang di Jawa, justru dimanfaatkan oleh para penyebar Islam sebagai sarana dakwah. Kebudayaan yang ada tidak dihilangkan, namun dimodifikasi dengan menyelipkan inti-inti ajaran Islam, sehingga orang tidak merasa ‘asing’ dengan datangnya agama baru.
Hal ini sebetulnya tak jauh berbeda dengan haji. Tradisi haji telah ada sebelum Islam dibawa Nabi Muhammad. Ritual haji sudah diajarkan sebelumnya oleh Nabi Ibrahim yang mengajak manusia kepada tauhid. Haji ini tetap bertahan walau masyarakat setelah era Ibrahim kembali berpaling dari monoteisme, menuju politeisme pagan penyembahan berhala.
Kenyataan ini berangkat dari esensi Islam yang penuh toleransi. Dulu, saat masyarakat muslim telah begitu kokoh di Semenanjung Iberia, Spanyol, umat lain seperti Kristen dan Yahudi tetap diberikan hak untuk hidup dengan aman dan nyaman. Perbedaan tidak menghalangi mereka bersama-sama membangun peradaban. Mereka bahu-membahu dan tetap saling menghormati.
Menjunjung Kesetaraan
Selain adat yang tetap dipertahankan, ada sebab lain kenapa masyarakat Nusantara sangat antusias menerima Islam. Sebelum kedatangan Islam, sebagian masyarakat Nusantara menganut agama Hindu di mana di dalamnya terdapat stratifikasi sosial dengan pembedaan kasta (sebetulnya lebih tepat disebut warna). Kasta Brahmana adalah golongan para elit spiritual seperti pendeta dan rohaniawan. Kasta Ksatria berisi para kepala dan anggota pemerintahan. Kasta Waisya adalah para penggiat perekonomian, mungkin para pemilik modal. Sementara kasta terendah ialah Sudra, pelayan dan pembantu ketiga kasta di atas (budak). Seperti stratifikasi sosial pada umumnya, kasta sosial menempati fondasi piramida; paling banyak dan paling ‘bawah’ terinjak.
Kehadiran Islam membawa angin perubahan pada masyarakat Nusantara. Islam menawarkan adanya kesetaraan  status sosial (egalite) di tengah-tengah lingkungan manusia. Masyarakat tanpa kelas, tanpa kasta. Derajat seorang manusia hanyalah diukur dari keimanannya kepada Tuhan, dan hanya Tuhan yang berhak mengukur derajat seorang manusia.
Islam hadir untuk membela kaum tertindas. Itu juga terjadi pada masyarakat kota Mekkah dulu, saat Islam kali pertama diperkenalkan. Kalangan muslim awal ialah masyarakat kelas bawah dan budak yang termarjinalkan di tengah kota kosmopolitan Mekkah. Baru setelah itu menarik kalangan pembesar dan bangsawan.
Akhlak Dulu, Fikih Kemudian
Faktor lain ketertarikan akan Islam ialah, saat ia datang, ia tak menjadi pengekang dengan mendatangkan undang-undang ataupun hukum halal-haram. Ia menjadi penyejuk jiwa, memperbaiki akhlak sebelum membuat aturan-aturan fikih. Makanya, tasawuf, mistisisme Islam, begitu berkembang di Nusantara saat masa-masa awal dulu. Itu terbukti dengan lahirnya ulama-ulama sufi besar di bidang tasawuf dengan karya-karyanya, macam Hamzah Fansuri, Abdus Samad Al-Palimbani, Nuruddin Ar-Raniri, atau Syekh Abdurrauf As-Sinkili.
Nabi Muhammad pun mula-mula memperkenalkan Islam bukan lewat hukum ini haram-itu halal, secara direct. Namun ia mengenalkan dulu tauhid yang lebih esensi, untuk kemudian mengajarkan norma-norma agama secara gradual.  Hukum-hukum agama baru diterapkan saat masyarakat Islam telah kokoh dan kuat saat periode Madinah.

Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di Nusantara

0 komentar


Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di Nusantara yaitu :
  1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
    1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
    2. Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H (17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia langsung dari Arab.
    3. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
    4. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
    5. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
    6. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
    7. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
    8. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
    9. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
  2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
    1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
  3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
    1. Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.
    2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
    3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
    4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
    5. Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

0 komentar


Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Posted: March 9, 2008 in tentang islam
Tags:
 
 
 
 
 
 
30 Votes
Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di  Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Inilah definisi  islamisasi  yang dimaksud dalam tulisan ini. Metodologi tulisan ini sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan (library research). Di sini penulis akan mencoba menguraikan beberapa pandangan mengenai teori Islamisasi di Indonesia secara deskriptif-analitis. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari berbagai sumber.

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

0 komentar


 SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

 Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

Surat dari Gaza untuk Umat Islam di Indonesia

0 komentar

Surat dari Gaza untuk Umat Islam di Indonesia

Untuk saudaraku di Indonesia,

Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia, Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian yah?. wah, pasti uang kalian sangat banyak yah?, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah, pasti sangat indah dan mengagumkan yah?. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian.

Pasti para ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil, yah diatas mobil saudaraku!.

Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2tahun lalu, namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya, terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah, itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA, Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini.

Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan, atau got-got apalagi ditempat sampah? saudaraku! Mereka mati syahid, saudaraku! mati syahid, karena serangan roket tentara Israel!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezki disana? apa negeri kalian sedang di blokade juga?

Perlu kalian ketahui, saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade.

Kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai Tata Usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah, diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku.

Dan Perdana menteri kami, yaitu Ust Isma'il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut, program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam, yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh, setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami.

Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku, tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana.

Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana Dengan kalian?

Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al-qur'an, umurnya baru 10 tahun, saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al-quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang.

Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma, yah di tempat itulah mereka belajar saudaraku, bunyi suara setoran hafalan al-quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh, iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.

Akhhuka…..Abdullah ( Gaza City ..1430 H)

Sejarah Islam di Indonesia

0 komentar


Sejarah Islam di Indonesia

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

Islam Liberal di Indonesia

0 komentar


Islam Liberal di Indonesia
Islam liberal merupakan gerakan keagamaan yang menekankan pada pemahaman Islam yang terbuka, toleran, inklusif, dan kontekstual. Di Indonesia, penyebaran Islam liberal telah berlangsung sejak awal tahun 1970-an, dengan tokohnya Nurcholish Madjid (Cak Nur). Meskipun belum dikenal sebagai Islam liberal, pemikiran-pemikiran Cak Nur yang sering disebut sebagai pemikiran neomodernisme Islam, menjadi dasar dari pengembangan Islam liberal dewasa ini. Sejak tahun 2001, sejumlah aktivis dan intelektual muda Islam memulai penyebaran gagasan Islam liberal secara lebih terorganisir. Mereka ini kemudian mendirikan Jaringan Islam Liberal.

Organisasi-Organisasi Islam di Indonesia

0 komentar


Organisasi-Organisasi Islam di Indonesia
Di Indonesia ada banyak sekali organisasi sosial dan keagamaan Islam. Dari sekian banyak organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah organisasi-organisasi yang paling besar.
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditionalis, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Pesantren adalah sekolah agama Islam yang dikelola oleh para kiai NU, dan biasanya menyediakan penginapan bagi murid-muridnya. Pesantren pada umumnya mengajarkan cara membaca dan menulis Al-Quran dalam bahasa Arab, menghapal ayat-ayat suci Al-Quran, pelajaran agama Islam lainnya, dan juga ilmu dan pengetahuan umum.
 
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, dengan keanggotaannya sekitar 30 juta. Seringkali dikategorikan sebagai Islam modernis, Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.

Download Now

About This Blog

Lorem Ipsum

Lorem Ipsum

Reader Community

About Administrator

Foto Saya
perkembangan islam di indonesia
Lihat profil lengkapku