Pascaruntuhnya
Uni Soviet, Islam memainkan peranan penting dalam perkembangan di
Rusia. Umat Islam terus berkembang menjadi salah satu soko guru bagi
Rusia secara keseluruhan. Bahkan bila ingin mengetahui politik Rusia
secara utuh, mau tidak mau harus memahami pula perkembangan Islam
kontemporer di Rusia dan peranannya dalam masyarakat. Benarkah Islam
sedang bangkit di Rusia?
Memang tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui bahwa umat Islam
di Rusia merupakan kelompok kedua terbesar setelah penganut Ortodoksi
(Pravoslaviya).
Beberapa data dan pernyataan menyebutkan angka sampai 25 juta muslim
dari 145-an juta penduduk Rusia keseluruhan. Hubungan antara umat Islam
dan mayoritas Ortodoksi nampak cukup harmonis dan pemerintah sekarang
juga memberikan keleluasaan bagi perkembangan kedua kelompok terbesar
ini.
Dalam membangun kehidupan antarumat beragama di Rusia terdapat
fundamental yang melandasinya. Fundamental itu adalah setiap etnis grup
mempunyai agama dan tiap etnis dapat menghitung berapa pemeluknya.
Andaikan terjadi pindah agama dalam suku tertentu maka akan dianggap
radikal dan teroris.
Islam sebagai agama terbesar kedua di Rusia mempunyai pola yang
berbeda dengan Ortodoksi. Islam tidak mengenal patriarki atau
sentralisasi kekuasaan agama. Hal ini membuat pemerintah sulit untuk
mengontrol Islam meski mekanisme pengontrolan Islam telah diatur dalam
Departemen Spiritual yang dibentuk sejak abad ke-18 di masa pemerintahan
Tsarina Catherine Agung.
Islam yang diatur menurut pengaturan Ortodoksi semacam ini mendapat
pertentangan keras dari umat Islam tetapi mereka masih melaksanakannya
dengan bernaung dalam grup besar yang akan terlihat di bawah nanti.
Membicarakan perjalanan Islam di Rusia tidak bisa dilepaskan
bagaimana suatu masyarakat berproses dan bermetamorfosis dari satu
bentuk ke bentuk lainnya dalam rangka pencapaian tujuan bangsa. Dinamika
beragama di Rusia dimulai pada fase pascaruntuhnya Uni Soviet. Pada
periode ini terjadi vakum ideologi dalam masyarakat Rusia secara
keseluruhan.
Ideologi Sosialisme/Komunisme yang memerintah selama 74 tahun
dianggap tidak efektif mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
dicita-citakan, tidak berhasil mewujudkan persatuan dan kesatuan, dan
bertindak represif terhadap agama.
Oleh karena itu, terdapat pencarian kembali ideologi menurut akar
masyarakat Rusia sendiri yang berbeda-beda tiap kawasan dengan
perkembangan yang berbeda pula tetapi mempunyai karakteristik yang sama:
menggali dari nilai agama dan kepercayaan.
Dalam hal ini, kebangkitan Islam bagi muslim Rusia berarti
memengaruhi pula cara pandang mereka dalam keagamaan, sosial, politik,
dan ekonomi yang selama masa Soviet ditundukkan oleh negara.
Meskipun perkembangan Islam di kawasan Privolga (Rusia tengah) yang
adem ayem berbeda dengan Kawasan Kaukasus Utara yang relatif bergolak,
tetapi mereka sama-sama bercirikan warna hijau. Bahkan khusus wilayah
Kaukasus, mereka sudah menyentuh aktivitas dan realitas politik dan
dalam batas-batas tertentu menggunakan organisasi keagamaan bukan hanya
untuk tujuan spiritual tetapi juga untuk tujuan sosial yang kadang harus
berbenturan dengan kepentingan persatuan nasional.
Tren Umum dan Faktor Penyebab
Meski evolusi Islam Rusia berkembang dalam tingkat dan arah yang
berbeda-beda, namun terdapat kecenderungan (tren) umum dan dan kemiripan
faktor peyebabnya. Tren umumnya biasanya diberikan julukan revitalisasi
Islam yang berarti kegairahan masyarakat dalam mencari, menggali, dan
menemukan Islam secara menyeluruh sedangkan faktor penyebabnya menurut
kami dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu proses kesejarahan yang
berakar pada perjalanan Islam di Rusia yang dahulu dimasukkan dalam
imperium Tsar Rusia, masa pengekangan oleh Soviet, dan ketidakseimbangan
sosial-ekonomi.
Tiga faktor dalam evolusi kebangkitan Islam ini berbaur dengan lima
faktor kontemporer yakni pengaruh Timur Tengah; pengaruh ajaran radikal;
masih berlanjutnya ketidakseimbangan sosial ekonomi; persepsi dan
respons terhadap dunia luar; dan kebijakan sistem Federal Rusia dalam
menyikapi perkembangan yang ada.
Pengaruh Timur Tengah bukan hanya datang dari Arab Saudi atau gejala
“Arabisasi” misalnya di Kaukasus Utara, tetapi juga peran dan karakter
revolusi Islam Iran. Di Kaukasus Utara, semangat puritanisme Islam
menjadi semakin kuat dan muncul dalam pemerintahan. Di Dagestan,
pengaruh keduanya mucul pada elit politik dan pemuka agama yang
mengembangkan kebijakan “Arabisasi”.
Berlanjutnya
ketimpangan sosial-ekonomi antara daerah Islam dengan non-Islam
ditengarai memunculkan ingatan kolektif masa lalu. Pemasukkan wilayah
mereka ke dalam imperium Tsar Rusia, perebutan tanah air, gejolak
resistensi Rusifikasi, deportasi penduduk muslim besar-besaran zaman
Soviet, penindasan kebebasan beragama, kerja paksa di Gulag, dan perang
menjadi ingatan yang sudah berlalu tetapi masih belum dilupakan.
Menurut Badan Statistika Nasional Rusia, Rosstat, pendapatan daerah
terkaya di Rusia hampir mencapai 10 kali lebih tinggi dibanding dengan
daerah yang termiskin. Menurut harian Kommersant, perbedaan antara
rata-rata pendapatan perkapita di daerah yang maksimum (Moskwa) dengan
yang minimum (Ingushetia) adalah sebesar 9,8 kali di paruh pertama tahun
2007.
Pada faktor keempat, Islam dipengaruhi tentu saja oleh persepsi lokal
dan orientasi terhadap dunia luar. Etnis Muslim mayoritas ada di tujuh
republik Federasi Rusia yakni Republik Bashkortostan dan Tatarstan di
kawasan Volga-Ural, dan Republik Chechnya, Ingushetia, Dagestan,
Kabardino-Balkaria dan Karachay-Cherkessia di Kaukasus Utara.
Komunitas Islam begitu majemuk sehingga tidak terlepas dari benturan
apabila masing-masing ingin mengadaptasikan Islam menurut kepentingan
mereka sesaat. Dalam konteks ini seperti halnya sejarah pemikiran Rusia
yang terbagi dua menjadi zapadniki (pro-Barat) dan slavophil (pro-Rusia)
maka dalam konteks Islam pun terdapat Ero-Islam dan Eroasia Islam yang
mempunyai karakteristik dan perkembangannya masing-masing.
Faktor kelima adalah kegamangan bentuk subjek republik antara
federalisme dengan unitarianisme. Republik Islam telah menjadi bagian
dari Rusia tetapi mereka masih bergelut dengan status hukum integrasi
mereka dengan Federasi Rusia.
Setelah runtuhnya Uni Soviet maka konstitusi federal Soviet Rusia
diamandemen untuk menghapus istilah otonomi dari bekas republik di dalam
Soviet Rusia yang kemudian diganti dengan Federasi Rusia. Jadi, seluruh
wilayah, kawasan, dan kota federal kemudian diakui sebagai bagian
Federasi Rusia.
Subjek federasi Rusia terikat dengan pemerintah Federal Rusia melalui
Perjanjian Federal, yaitu persetujuan mengenai yurisdiksi dan kekuasaan
antara badan federal dan pemerintah pusat di Moskwa.
Pada prinsipnya, UUD Rusia membayangkan adanya hak-hak yang sama bagi
seluruh subjek; tetapi republik-republik federal menikmati status yang
berbeda yang memungkinkan mereka untuk mengadopsi UUD domestik,
menetapkan bahasa negara, memilih presiden, dan membentuk Mahkamah
Konstitusi.
Rusia adalah negara berbentuk federasi dengan subjek federasi yang
terdiri dari 83 subjek federasi (dahulu 89 menurut UUD 1993) yakni: 21
republik; 46 oblast (provinsi); 9 kray (daerah besar/wilayah/teritori); 1
oblast-otonom (provinsi otonom); 4 okrug otonom (distrik otonom); dan 2
kota federal.
Status yang berbeda mengandung arti federalisme yang asimetris dalam
pengertian tidak seluruh unit konstituen sama dalam lingkup ekonomi,
geografi, dan sosial. Inilah masalah pelik sistem dan struktur politik
Federal Rusia dalam tingkat sub-nasional dan level lokal.
Pemerintah pusat mencoba untuk menaklukkan negara-negara federal
tidak hanya semata-mata demi federalisme terpusat tetapi malah menjadi
de-federalisasi, seperti negara kesatuan (unitarianisme).
Peta Pembagian Administrasi Pemerintahan Federasi Rusia
Potensi Kebangkitan
Di Federasi Rusia, awal abad ke-21 adalah periode kebangkitan kembali
rohani dan keagamaan, termasuk Islam. Mayoritas muslim Rusia adalah
sunni. Terdapat dua mazhab di Rusia: mazhab Shafii di Kaukasus Utara dan
mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya. Dalam beberapa kawasan
terdapat tradisi sufi, utamanya pada suku Chechen dan Azeri.
Bangunnya
kembali Islam di Rusia dimulai dengan pembentukan berbagai organisasi
Islam dan masjid sebagai tempat berkumpulnya umat. Muslim Rusia
membentuk organisasi dan masjid ini untuk mengorganisir struktur,
pengaturan, dan pendekatan yang efesien, dan tertib untuk mencapai
tujuan dan kerja kebangkitan Islam.
Pendidikan adalah prioritas utama organisasi Islam Rusia. Mereka
menyadari bahwa kebangkitan Islam tidak mungkin tanpa kebangkitan
pendidikan Islam, karenanya sampai tahun 2007, tercatat telah berdiri 16
sekolah tinggi Islam hasil upaya mereka.
Menurut data register negara, terdapat 3.345 organisasi keagamaan
muslim di tingkat lokal. Jumlah yang terbesar dari organisasi keagamaan
tersebut terdaftar di daerah Volga sebanyak 1.945, Kaukasus Utara
mencapai 980, dan Ural mencapai 316 lembaga.
Di beberapa kawasan lain pun bermunculan organisasi serupa meski jumlahnya lebih kecil
Untuk jumlah masjid, yang tercatat resmi saat ini sebanyak 4.750 masjid.
Kawasan yang paling banyak terdapat masjid adalah di Dagestan dengan
jumlah 3.000 masjid.
Begitu pula di Tatarstan, yang dalam 10 tahun terakhir telah mencapai
lebih dari 1.000 masjid. Sementara di ibukota Moskwa, yang populasi
muslimnya sekitar satu juta jiwa, terdapat 20 komunitas Islam dan lima
masjid besar. Pakar data Rusia memperkirakan, jumlah masjid seluruhnya
dapat mencapai sedikitnya 7.000 masjid di Rusia.
Bukti konkret potensi kebangkitan yang dapat dilihat saat ini antara
lain makin maraknya muslim Rusia untuk mempelajari Al-Quran, tingginya
animo untuk berangkat ke tanah suci untuk haji dan umrah, jamaah masjid
yang meningkat untuk menghadiri sholat atau acara religius lainnya,
tingginya proposal untuk pembangunan masjid baru, meningkatnya proyek
acara-acara Islam di radio dan program televisi, serta maraknya
restorasi pemakaian bahasa Arab dalam kehidupan mereka.
Menurut catatan, lebih dari 32 ribu muslim Rusia telah menunaikan ibadah haji di tahun 2008.
Jumlah itu mengalami peningkatan setelah sebelumnya hanya 26 ribu dan
kemudian ditambah kuotanya oleh pemerintah Arab Saudi sebanyak 6 ribu
akibat meningkatnya minat muslim Rusia untuk pergi haji. Meski kondisi
ekonomi mereka sulit tetapi kerinduan berat pergi ke tanah suci dapat
menjadi bukti konkret makin menguatnya gelombang kebangkitan muslim
Rusia.
Setiap minggu, TV pemerintah Rusia menayangkan program yang dinamakan
“Muslim”. Program tersebut menceritakan mengenai tradisi, adat istiadat
dan budaya pemeluk Islam di Rusia. Radio pemerintah juga mempunyai
program serupa.
Pada tahun 2003, dibentuk Persatuan Wartawan Muslim Rusia di bawah
payung Mufti Rusia dan dukungan Persatuan Wartawan Rusia. Muslim Rusia
juga aktif berpartisipasi dalam dialog antaragama yang diadakan
pemerintah Rusia setahun sekali untuk membahas isu-isu aktual dan
memecahkan isu-isu sensitif antarumat beragama.
Negara-negara republik Islam di Kaukasus Utara mempunyai arti
strategis dan menjadi tulang punggung Rusia jalur pipa migas Rusia dari
Asia Tengah menuju Eropa melewati mereka. Negara-negara republik Islam
di Kaukasus Utara juga terkenal kaya akan minyak, gas alam, batu bara,
emas, dan sumber daya mineral lainnya
Menurut pakar, terdapat cadangan minyak raksasa di bawah Laut Kaspia yang diperkirakan lebih dari 25 juta barrel.
Republik Islam di Kaukasus Utara diperkirakan kaya dengan minyak, gas
alam, batu bara emas, dan sumber tambang lainnya. Republik Ingushetia
misalnya diperkirakan mempunyai minyak bumi lebih dari 60 miliar ton.
Chechnya diperkirakan mempunyai cadangan minyak bumi yang cukup banyak
tetapi produksi minyaknya telah merosot drastis 71% sejak tahun 1991.
Potensi kebangkitan lain adalah tingkat fertilitas muslim Rusia yang
telah melampaui etnis Rusia. Misalnya, tingkat fertilitas Republik
muslim di Kaukaus Utara, khususnya Chechnya, mempunyai jumlah penduduk
muda yang termuda dalam struktur demografi masyarakat Rusia yang menua.
Pada paruh pertama tahun 2007, tingkat kelahiran di Chechnya 26,4 per
1.000 orang sementara di Rusia 11,28 per 1.000 orang. Perbedaan 15,12
point ini merupakan gap tingkat fertilitas etnis yang besar di Rusia.
Untuk itu masa depan Islam nampaknya akan menjadi perhatian serius bagi
pemerintah Rusia di masa depan dan menarik untuk dilihat bagaimana
pemerintah Rusia menanggapi statistik faktual ini.
Dengan runtuhnya Uni Soviet muslim Rusia mulai menata kembali
kehidupan agama dan sosial mereka. Muslim Rusia merupakan muslim
terbesar di Eropa dengan jumlah 25 juta atau sekitar 17% dari 140 juta
jumlah penduduk Rusia.
Islam terus mengalami pertumbuhan di Rusia. Di samping berasal dari
muslim keturunan, banyak di antara mereka merupakan muslim Rusia yang
mualaf. Bahkan bisa dikatakan 60% pemeluk baru adalah etnis Rusia yang
sebelumnya atheis.
Berbeda dengan muslim Eropa, muslim Rusia mempunyai sejarah panjang
di Rusia yang dimulai di pertengahan abad ke-7. Dari 182 etnis di Rusia,
57 etnis mengikuti agama Islam dan hal ini membuat Islam adalah unsur
yang tidak dapat dipisahkan dari budaya dan sejarah Rusia. Muslim Rusia
punya hubungan baik dengan agama-agama lain dan mereka tidak bersikap
ekstrim.
Itulah mengapa mereka menantang kelompok-kelompok seperti Al Qaeda
dan Taliban karena mereka tidak menerima sikap kekerasan dan pemikiran
fanatik. Sekalipun demikian ini tidak berarti muslim Rusia lemah, ketika
terjadi pengusiran besar-besaran dari tanah air, mereka telah
membuktikan sebagai umat yang sulit ditaklukkan.
Itulah sebabnya barangkali, saat bertemu dengan ulama Islam Rusia,
Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan tentang pentingnya posisi umat
Islam Rusia. Ia mengatakan “umat Islam Rusia di negara ini dihormati
dan punya pengaruh.
Lembaga-lembaga Islam punya peran penting dalam menyebarkan
perdamaian dan menciptakan atmosfir spiritual dan perilaku baik di
tengah-tengah masyarakat serta berjuang melawan sikap ekstrim”.
Dua grup besar di komunitas Islam diwakili oleh pemimpinnya yakni
Ravil Gainutdin dan Talgat Tadjuddin. Talgat berorientasi pada Islam
spirit dan penggabungan antara Islam dengan Ortodoksi atau yang dikenal
sebagai Krypto Ortodoksi. Ia mengatakan bahwa hari raya Natal adalah
hari raya orang Islam juga karena berasal dari nabi Isa.
Hal ini berbeda dengan pandangan Ravil yang lebih puritan karena
menakankan kembali kepada ajaran Al Quran dan Hadis. Ia lebih dekat
kepada pengaruh Arab yang menentang setiap tradisi pagan yang masih
tersisa dan dipakai peninggalan sebelum masuknya Islam di Rusia.
Sebagai contoh dari budaya pagan yang masih lekat di Rusia dan masih
dilaksanakan oleh beberapa umat Islam Rusia adalah percaya adanya sungai
suci, meminta air suci, dan semacamnya. Dalam mengatasi kurangnya ilmu
agama ini maka dibentuklah semacam majelis ulama yang bertujuan mendidik
ulama untuk berdakwah kepada masyarakat.
Meski dua-duanya mempunyai perbedaan tajam dalam hal akidah tetapi
kedua-duanya sepakat bahwa Wahabisme dianggap sebagai ancaman bagi
kerukunan umat beragama Rusia. Hal ini karena Wahabisme menurut mereka
dan juga merupakan pandangan resmi pemerintah Rusia dianggap telah
memurtadkan orang Rusia (Slavia) Ortodoksi menjaid Islam.
Ortodoksi dan Mufti mengutuk aksi Wahabi semacam ini dan oleh karena
itu Wahabi merupakan musuh bersama di Rusia. Bahkan di Republik
Ingushetia terdapat UU yang melarang ajaran Wahabi, penyebaran Wahabi,
dan menjadi Wahabi.
Di Rusia, paham Wahabi dianggap sebagai penyimpangan Islam dan bukan
Islam sesungguhnya. Meski dilarang tetapi paradoksnya banyak para ulama
Rusia yang belajar di Arab Saudi yang secara resmi memakai paham Wahabi
dalam metode pendidikannya. Hal ini berarti secara tidak langsung
pemerintah Rusia masih mengakui bahwa Wahabi hanya tidak boleh di dalam
negeri tetapi membolehkan untuk dipelajari di luar negeri.
Penutup
Dalam bukan puasa Ramadhan di Masjid Prospek Mira Moskwa tahun lalu,
Mufti Besar Ravil Gainetdinov menekankan tradisi turun temurun dialog
antara muslim dengan pemeluk agama lain di Rusia. Ia menyatakan “Rusia
adalah tanah air kita bersama, kami selaku muslim Rusia berkeawajiban
untuk melindungi dan memperluas kekayaan spiritual yang ditinggalkan
oleh nenek moyang kita.”
Kebijakan yang menyejahterakan rakyat, memberikan kesempatan yang
sama dalam segala bidang bagi muslim Rusia untuk maju, meningkatkan
pendidikan, merangkul segenap lapisan Islam, serta sensitif terhadap
Islam adalah strategi kebijakan Islam yang bijaksana. Itulah kebijakan
paling manjur yang selama ini telah dilakukan dan semestinya
ditingkatkan oleh Pemerintahan Rusia (). *Penulis adalah WNI yang
pernah tinggal di Rusia.
Bangkit nya Islam di Rusia
Diposting oleh
perkembangan islam di indonesia
Rabu, 14 Desember 2011
Oleh:Frassminggi Kamasa*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar